Friday, November 26, 2004

Doa

1 Januari 2004, Tahun Baru, awal baru. Aku dan beberapa teman memutuskan untuk menghabiskan waktu siang hari di Panti Asuhan.

Begitu kami tiba di sana, anak-anak Panti ini memberi salam pada kami, seraya mencium tangan kami. Ada perasaan trenyuh, mengusik di hatiku.

Panti asuhan ini mempunyai keunikan dibanding dengan Panti asuhan yang lain. Karena di sini ditampung 23 anak-anak pengungsian Timor-Timor. Anak-anak ini, tidak tahu dimana keberadaan Orang tua mereka, sejak pecahnya Timor-timor dari negara Republik Indonesia. Usia mereka yang terbesar adalah 9 tahun, dan mereka tidak pernah bersekolah lagi.

Aku sangat senang melihat mereka mencoba tikar yang dibawa oleh beberapa teman. Mereka terlihat bahagia, walau tidur tanpa alas kasur.

Salah satu Ibu Pengurus Panti, sebut saja Ibu Tien meminta mereka berdoa secara bergiliran. Tapi aku bisa menangkap maksud Ibu Tien, yaitu ingin melakukan test pada mereka, apa mereka bisa berdoa.
Ketika diminta satu persatu untuk berdoa, wajah polos dan lugu merea berbicara terus terang bahwa mereka malu. Ada yang bilang tidak bisa, ada yang cuma diam saja. Kemudian ada anak perempuan yang paling kecil, dia mau berdoa, tetapi dengan suara lembut bahkan hampir tidak terdengar. Ini dia lakukan karena dia malu dengan kakak-kakaknya yang lebih besar.

Ibu Tien terperanjat mendengar doa gadis kecil ini, bahkan sempat meneteskan air mata.
Coba tebak, apa isi doa gadis kecil ini....?
"Tuhan terima kasih Kau beri kami tempat di sini, tolong Tuhan bimbing Ibu dan Bapak yang mengurus kami di sini. Berikan ketabahan dan Kekuatan pada mereka."

......Menyentuh, menakjubkan.....
Bisakah kita berdoa seperti gadis kecil ini...?

Kita sering membawakan doa dengan "Ego" kita, bukan dengan kerendahan hati kita kepada Tuhan. Kita sering memohon hanya untuk diri kita sendiri, kesuksesan kita, kegagalan kita juga kesedihan kita. Bahkan kadangkala kita lupa mengucapkan sebaris doa untuk kedua orang tua kita.

Sedangkan gadis kecil ini ? Dia luar biasa. Dia tidak mengucapkan kepedihannya terpisah dari orangtuanya, dia tidak mengungkapkan kerinduannya untuk bertemu dengan orangtuanya. Hanya satu yang dia syukuri, bahwa dia masih bisa hidup tertampung bersama dengan teman-temannya yang senasib.

Teman, mari kita belajar dari gadis kecil ini. Untuk bisa lebih berkomunikasi dengan Tuhan, bukan hanya memohon untuk kepentingan diri kita sendiri atapun orang2 yang kita sayangi tapi berdoalah juga untuk mereka yang kurang beruntung...bahkan untuk orang yang kita benci. Terutama pada Tuhan karena masih memberikan kita keindahan hidup dengan orang2 yang kita kasihi.

13 Januari 2004