Saturday, December 04, 2004

Tired

Tired bahasa inggrisnya capek. Siapa sih yang gak kenal kata capek?
Setiap orang dari anak kecil sampai tua pun tahu kata capek.
Setiap orang pernah merasakan apa itu capek.

Keponakan aku yang masih kelas 1 SD tiba-tiba menyeletuk, "Capek mbak, aku tadi les bahasa mandarin, terus malam les renang"...aku hanya tersenyum sambil menjawab "cepet tidur, biar capeknya hilang!".
Aku masih tersenyum hingga tubuh si kecil itu hilang ke arah kamarnya. "Hemm...anak kecil bisa juga capek, apalagi orang besar?" gumamku.

Kehidupan manusia itu berjalan berputar bak roda. Rasanya aku baru merasakan pagi, di depan komputer kantor aku mengetik, mengarang suatu kata-kata tak berarti...nah kok sudah jam 12 siang...cepat sekali??
Pagi cepat menjadi siang, siang cepat berjalan menuju sore, sore tidak mau ketinggalan mengejar malam, si malam ingin melalui waktunya menyongsong pagi.

Manusia akan dihadapkan pada kesibukan, yang diharapkan dapat mengisi panggung sandiwara, dan dapat memerankan peran-peran yang sudah Tuhan tentukan.

Pagi berangkat bekerja, pulang kerja mandi sebentar, kasih kursus privat satu jam, nglatih paduan suara. Gak terasa sudah jam 10 malam harus pulang, tidur. Minggu ingin beristirahat tetap dihadapkan pada rentetan kesibukan, pertemuan ikatan sekretaris indonesia, ngajar ekstrakurikuler di SMU, nglatih paduan suara anak-anak sekolah minggu..dll.

Capek...pasti ! Tapi apakah manusia harus berhenti beraktivitas jika ia lelah atau capek? Apakah lelah menjadi takaran utama untuk tidak mengembangkan potensi yang ada?
Karena sesungguhnya keberadaan lelah/tired/capek, akan membuat kita malas, enggan untuk melakukan segala sesuatu. Tinggal bagaimana diri kita mampu memotivasi, menggerakkan diri agar mau mengalahkan perasaan capek yang mendera.
Apa lagi jika kata-kata capek mulai dikaitkan dengan hidup "Aku sudah capek menjalani hidup ini, aku sudah lelah menghadapi cobaan hidup" seolah-olah hanya kita sendiri yang paling lelah, paling sengsara...

Tuhan tidak lelah mengawasi manusia, memberikan pertolongan setiap detik-waktu-hari-bulan-tahun, Tuhan tidak lelah atau marah memberikan ampunan setiap kali manusia berdosa. Lalu kenapa manusia harus lelah/capek beraktifitas atau lelah menjalani hidup??

Bukankah hidup akan terasa lebih nikmat, jika rasa lelah kita ganti dengan rasa syukur?

yang lagi lelah beraktifitas,
4 Desember 2004

Friday, December 03, 2004

My second blog

http://blog.boleh.com/ritesnts

Ini blog aku yang kedua..
di situ ada foto aku, hiks :) bukan bangga lho, jangan kaget orangnya bermata empat (bagi yang belum kenal)

Ok deh sekian dulu, bisa dikunjungi dua-duanya...

Selamat menikmati udara dingin!!

Friday, November 26, 2004

Doa

1 Januari 2004, Tahun Baru, awal baru. Aku dan beberapa teman memutuskan untuk menghabiskan waktu siang hari di Panti Asuhan.

Begitu kami tiba di sana, anak-anak Panti ini memberi salam pada kami, seraya mencium tangan kami. Ada perasaan trenyuh, mengusik di hatiku.

Panti asuhan ini mempunyai keunikan dibanding dengan Panti asuhan yang lain. Karena di sini ditampung 23 anak-anak pengungsian Timor-Timor. Anak-anak ini, tidak tahu dimana keberadaan Orang tua mereka, sejak pecahnya Timor-timor dari negara Republik Indonesia. Usia mereka yang terbesar adalah 9 tahun, dan mereka tidak pernah bersekolah lagi.

Aku sangat senang melihat mereka mencoba tikar yang dibawa oleh beberapa teman. Mereka terlihat bahagia, walau tidur tanpa alas kasur.

Salah satu Ibu Pengurus Panti, sebut saja Ibu Tien meminta mereka berdoa secara bergiliran. Tapi aku bisa menangkap maksud Ibu Tien, yaitu ingin melakukan test pada mereka, apa mereka bisa berdoa.
Ketika diminta satu persatu untuk berdoa, wajah polos dan lugu merea berbicara terus terang bahwa mereka malu. Ada yang bilang tidak bisa, ada yang cuma diam saja. Kemudian ada anak perempuan yang paling kecil, dia mau berdoa, tetapi dengan suara lembut bahkan hampir tidak terdengar. Ini dia lakukan karena dia malu dengan kakak-kakaknya yang lebih besar.

Ibu Tien terperanjat mendengar doa gadis kecil ini, bahkan sempat meneteskan air mata.
Coba tebak, apa isi doa gadis kecil ini....?
"Tuhan terima kasih Kau beri kami tempat di sini, tolong Tuhan bimbing Ibu dan Bapak yang mengurus kami di sini. Berikan ketabahan dan Kekuatan pada mereka."

......Menyentuh, menakjubkan.....
Bisakah kita berdoa seperti gadis kecil ini...?

Kita sering membawakan doa dengan "Ego" kita, bukan dengan kerendahan hati kita kepada Tuhan. Kita sering memohon hanya untuk diri kita sendiri, kesuksesan kita, kegagalan kita juga kesedihan kita. Bahkan kadangkala kita lupa mengucapkan sebaris doa untuk kedua orang tua kita.

Sedangkan gadis kecil ini ? Dia luar biasa. Dia tidak mengucapkan kepedihannya terpisah dari orangtuanya, dia tidak mengungkapkan kerinduannya untuk bertemu dengan orangtuanya. Hanya satu yang dia syukuri, bahwa dia masih bisa hidup tertampung bersama dengan teman-temannya yang senasib.

Teman, mari kita belajar dari gadis kecil ini. Untuk bisa lebih berkomunikasi dengan Tuhan, bukan hanya memohon untuk kepentingan diri kita sendiri atapun orang2 yang kita sayangi tapi berdoalah juga untuk mereka yang kurang beruntung...bahkan untuk orang yang kita benci. Terutama pada Tuhan karena masih memberikan kita keindahan hidup dengan orang2 yang kita kasihi.

13 Januari 2004

Thursday, November 25, 2004

Talenta

Ana sedang murung dan putus asa. Ia mencorat-coretkan
pena ke atas kertas. Satu baris kata telah tertulis,
namun akhirnya ia coret lagi, selalu berlangsung
seperti itu setiap kali ia menuliskan satu kata,
ataupun memaksakan diri membuat kalimat. “Kapan aku
bisa seperti Fryda yang menjadi juara lomba mengarang
puisi di sekolah, bahkan ia terpilih untuk mewakili
mengikuti lomba mengarang cerpen tingkat SMU? Padahal
aku sangat ingin tampil ke atas pentas seperti Fryda
pada saat perpisahan kakak kelas III nantinya, tapi
selalu saja aku tidak mampu membuat karya puisi atau
cerpen seindah karangan Fryda”
“Ana…kok melamun saja sih??” gertakan Fryda
membangunkan lamunan Ana.
“Ekh, iya, anu..itu apa lagi mikirin PR Fisika!”
“An, dua minggu lagi kan perpisahan kelas III, aku
diminta Bu Ani untuk membacakan puisi, dan aku
mengusulkan supaya kamu juga ikut tampil bersama aku!”
“Gak mungkin, aku gak bisa puisi, aku gak bisa
mengekspresikan diri aku lewat puisi, itu kan butuh
bakat khusus!”
“Tenang..tenang... , aku tahu kalau kamu bisa bermain
gitar dan bersuara merdu, nah di situlah kita bisa
berkolaborasi, antara puisi, musik dan lagu!”
Ana tersenyum bahagia, ia betul-betul tidak menyangka
bahwa ia bisa tampil dua minggu lagi di pementasan
seperti yang ia mimpikan dengan kemampuan yang tidak
ia duga.

Note :
Talenta.. satu kata sederhana ini terkadang tidak kita
fahami. Talenta adalah karunia khusus Tuhan kepada
kita berupa bakat dan kemampuan. Seringkali kita tidak
menyadari bahwa di dalam diri kita terdapat kekayaan
yang Tuhan beri berupa kemampuan yang sebenarnya bisa
kita asah dan kita kembangkan entah itu untuk mencari
uang, kepuasan diri atau untuk tujuan mulia yaitu
mengabdi pada Tuhan dan sesama. Seringkali kita iri
pada talenta orang lain, tanpa kita berkaca terlebih
dahulu untuk mengetahui siapa diri kita sebenarnya dan
apa talenta yang kita miliki.
Sudahkan kita mengenal diri kita sendiri? Sudahkah
kita menyadari bahwa ada talenta yang tersembunyi yang
bisa kita olah dan kembangkan? Tidak bisa menulis
novel, kita bisa belajar seni musik, tidak bisa musik
kita bisa mengembangkan bakat di bidang olahraga, dsb.


29 September 2004

Wednesday, November 24, 2004

Lebaran

Sebelumnya aku ingin mengucapkan Selamat hari lebaran bagi siapa saja yang mungkin lagi ikutan nimbrung di blog aku. Mohon maaf lahir batin.
Memang manusia hidup itu tidak luput dari salah juga dosa, selayaknya semua orang berbesar hati mau memaafkan kesalahan sesamanya.

Banyak orang bisa berbicara seperti itu, tapi sulit untuk melakukan. Seperti halnya dengan aku. Aku bisa mengatakan itu, tetapi pada kenyataannya aku sulit untuk memaafkan orang yang pernah berbuat salah kepadaku.

Tepatnya satu tahun yang lalu, seorang teman dengan sengaja berlaku kurang ajar kepadaku. Memang dia sudah meminta maaf, tetapi alangkah sulitnya melupakan perbuatannya yang notabene merendahkan keberadaanku sebagai sosok perempuan.

Hemm...kalau Tuhan saja bisa memaafkan hambanya, umatnya yang berdosa dan berbuat salah, kenapa aku tidak bisa? I will forgive him..

Friday, November 05, 2004

Cinta


Berkembangnya jaman, teknologi dan era globalisasi tidak membuat orang untuk berhenti membicarakan ‘cinta’, di setiap media entah itu media cetak ataupun elektronik berbicara tentang cinta. Kisah cinta digubah sedemikian rupa dengan sentuhan-sentuhan dramatis dalam sinetron, lagu-lagu cinta, novel roman, dan yang lebih menakjubkan teknologi maya yaitu internet menampilkan kisah-kisah indah cinta, bahkan menjadi kisah erotisme yang menuju pada cybersex dan banyak digemari oleh setiap orang.

Kata cinta atau love (Inggris), selalu ramai dibicarakan orang, menjadi topik hangat bahkan menjadi perdebatan. Yang menjadi perdebatan utama adalah adu argumen tentang apa arti cinta itu sebenarnya.

Nilai cinta seolah-olah menjadi turun dengan banyaknya lagu-lagu cinta yang bergaung di seluruh dunia. Dengan berisi bahwa cinta tak lain hanyalah kesenangan sensual yang sedikit menyangkut rohani. Cinta selalu dihubungkan dengan kepentingan diri sendiri. Orang lain dijadikan obyek cinta dan bukan subyek. Kita selalu berpikir bahwa orang yang kita cintai harus memberikan kesenangan pada kita, kalau ia tidak membahagiakan kita, kita akan marah dan benci padanya.

Kita bisa melihat berbagai media elektronik, kita bisa membaca di berbagai majalah atau koran yang dijual di kios atau di perempatan jalan, suatu kejadian yang selalu mengarah pada kata ‘cinta’. Seorang istri membunuh suami, karena suami telah berselingkuh dengan wanita lain, atau berita tentang seorang laki-laki membunuh kekasihnya karena tidak mau melayani hawa nafsunya. Orang begitu mudah marah, cemburu, sakit hati, bahkan menyakiti sampai tega membunuh hanya karena yang dicintai telah mengecewakan dirinya. Orang menyimpulkan inilah arti cinta sebenarnya, padahal ini kesimpulan yang salah. Karena cinta jenis seperti ini sangat berbahaya, ini adalah cinta erotis, yang akarnya hanyalah kesenangan seksual, dan jika kesenangan itu tercapai ..cinta itu akan mulai luntur atau diganti dengan yang lebih segar dengan memberikan kesenangan baru.

Lalu … apa arti cinta ? apa itu hakekat mencintai ?
Jawaban itu bisa kita lihat dari cinta seorang Ibu atau ayah (orangtua), yang memberikan cinta kasih tanpa pamrih, yang hanya memikirkan kebahagiaan orang yang dicintainya yaitu kita sebagai anaknya, yang tidak akan mengusir kita sewaktu kita melakukan kesalahan besar atau menghukum kita jika kita tidak bisa memenuhi permintaannya, yang mau mengajari kita bagaimana memperbaiki suatu kesalahan dan menyadarinya. Dengan contoh di atas kita bisa menyimpulkan bahwa orang yang kita cintai bukan semata-mata objek yang kita tuntut memberikan kesenangan atau kebahagiaan pada kita, tetapi juga kita harus membuat orang itu bahagia.

Mencintai kekasih, orang lain yang berlawanan jenis memang didorong oleh hasrat sensual, tetapi hasrat ini menjadi terangkat ke tingkat rohani apabila si pecinta mampu menekan kepentingan dirinya sendiri demi kepentingan orang yang dicintainya, cinta kasih yang demikian akan menaklukan egoisme pribadi, dan cinta ini akan selalu hidup meski orang yang kita cintai tidak kita miliki.

Cinta akan bisa dikembangkan dengan memulai mencintai sesama, teman, sahabat, yang akhirnya kita bisa belajar bertahap pada pasangan kita entah itu istri, suami, ataupun kekasih.
Selamat bertemu dan berjalan di dunia cinta !

29 September 2004

Toleransi

Toleransi sering terdengar sebagai bahan atau pokok pembicaraan pada pelajaran PPKN atau PMP. Sejak dini, sekolah-sekolah mengajarkan toleransi kepada siswa-siswi, sejak dini orang tua juga menjejali satu kalimat untuk anak-anaknya. Toleransi selalu menggaung sejak kita duduk di bangku Sekolah Dasar sampai tingkat Perguruan Tinggi.

Toleransi yang diartikan menghormati, yang berasal dari bagian kata toleran, selalu menjadi bagian dari kehidupan manusia. Setiap manusia diharapkan bisa toleran terhadap sesamanya dalam hal apapun, apalagi itu dalam hal sensitive yaitu masalah agama.

Mengamati dan melihat berbagai kejadian yang terjadi di Indonesia dewasa ini, toleransi sangat berperan besar untuk menyelesaikannya. Dan pelajaran toleransi sangat diharapkan bisa diteriakkan ke telinga setiap insan di Indonesia ini.

Bulan penuh berkah, bulan Ramadhan, bulan suci, dimana setiap orang diharapkan dapat berbuat kebajikan, dimana setiap orang diharapkan bisa mengamalkan zakat, memberikan sedikit hasil keringatnya untuk orang-orang yang tidak mampu, ternyata tidak dijalankan oleh keseluruhan masyarakat Indonesia. Bulan yang seharusnya diisi dengan tindakan terpuji, justru diisi dengan tindakan yang melanggar toleransi.

Di suatu kota A, seseorang sedang membeli es di warung. Namun ia terkejut, ketika ia dikeroyok dan ditangkap. Ia harus melunasi sejumlah uang, atau dipenjara satu tahun. Hanya dua alternatif itu jalan keluarnya. Apa sih kesalahannya? dia bertanya. Simple saja, ujung-ujungnya ketemu, ternyata kesalahannya adalah dia membeli es, makan di warung di bulan puasa.

Di Kota B, terdapat sekolah, yang mana pada hari minggu juga digunakan sebagai tempat ibadah. Sekelompok orang yang mengaku mewakili Organisasi C, mengaku merasa terganggu, mereka menutup jalan menuju ke sekolah tersebut, dengan alasan jalannya ibadah di tempat itu mengganggu ketentraman warga sekitar.

Di Kota C, warung-warung yang saat itu buka di siang hari, tiba-tiba digerebeg, mereka diusir dan diwajibkan tutup. Kalau mereka ingin membuka warung silahkan pada malam hari.

Di Kota D, segerombolan orang merusak tempat-tempat hiburan seperti karoeke, cafe,..yang nyata-nyata saat itu tidak beroperasi, yang jelas sekali bahwa tempat tersebut telah melaksanakan himbauan pemerintah.

Beberapa kasus dan kejadian yang merebak di Indonesia ini sangat..dan sangat erat berhubungan dengan toleransi. Mengapa saya berkata demikian..? Kasus pertama, seorang membeli makanan...kenapa harus ditangkap? Bukankah puasa adalah hak setiap individu? Jika ia sakit, atau perempuan pasti akan mengalami datang bulan, atau ia adalah NON MUSLIM...apakah itu kesalahannya untuk tidak berpuasa?
Kasus kedua, toleransi masih berperan serta...kalaupun sekolah itu digunakan sebagai tempat ibadah, apa kesalahannya di situ? Justru seharusnya kita bisa berbangga hati karena masyarakat Indonesia sudah banyak yang beriman, sudah banyak yang berdoa. Selayaknyalah sikap kita bertoleransi, mempersilahkannya untuk beribadat.
Kasus ketiga, warung yang ditutup dan diusir, dibongkar paksa,...mereka hanyalah orang yang mencari sesuap nasi..tidak ada salahnya mereka membuka warung di siang hari, kalau toh mereka dapat rejekinya di siang hari, bukan di malam hari. Apakah kita bisa memastikan bahwa kehidupan keluarganya kita jamin dengan menutup warungnya?
Kasus keempat, perusakan tempat-tempat cafe dan sebagainya. Seharusnya setiap orang bisa berpedoman untuk berbuat baik tanpa melihat yang lain. Walau ada tempat pelacuran buka, kalau toh tujuannya tetap berpuasa dan berdoa, toh...tidak ada efeknya. Tinggal bagaimana setiap insan, setiap orang menyadari dan menyikapi bahwa perbuatan kebajikan atau terpuji timbul dari masing-masing pribadi. Tidak bisa disamaratakan dan menganggap kalau kaoreke atau pelacuran buka di bulan puasa, akan banyak orang datang ke situ untuk mencari kenikmatan.

Toleransi..toleransi...
memang namamu menggaung, bergema dan terkenal
namamu selalu tergores dalam tiap kertas dan sampul
namamu selalu mengisi kekosongan kertas
namun,...
namamu tidak terdengar,
saat orang-orang merasa diri paling hebat,
saat orang-orang merasa diri paling mulia,
dan menganggap diri paling benar.
sayang....sayang sekali...

Semoga di tahun mendatang, orang-orang, masyarakat Indonesia bisa mengamalkan toleransi, bisa melihat sekitar dengan hati dan pikiran jernih ...tanpa merasa diri paling benar.

Agama

Kira kira tahun 1986 atau 1987 dalam suatu kelompok mahasiswa yang semuanya tidak beragama 'A' merencanakan beberapa bulan acara yang disebut 'Study Agama A'. Pada acara tersebut ketika itu direncanakan masing masing membaca satu buku agama 'A' dan secara bergantian setiap minggunya melakukan presentasi mengenai buku tersebut. Juga direncanakan mengundang ahli ahli agama A baik yang beragama A maupun yang bukan. Kenapa mereka melakukan hal itu ? Bukannya mereka semua sepakat mau masuk Agama A atau mempelajarinya untuk melawan Agama A. Pemikirannya sangat sederhana. Mereka tinggal di lingkungan Agama 'A' dan mereka sangat perlu mengenal Agama 'A' menurut 'A'. Setelah beberapa kali pertemuan akhirnya si Budi memutuskan untuk meninggalkan kelompok tersebut. Kenapa ? Bukannya nara sumbernya buruk, bukannya si Budi tidak mendapat buku buku yang bagus. Tapi, ternyata sebagian besar peserta tidak mampu melepaskan diri dari pandangan agamanya sendiri. Ternyata mempelajari sesuatu dari sudut pandang lain ternyata sulit karena kita telah terbiasa dengan sudut pandang tertentu.
================================================
Agama itu suatu karunia Tuhan. Seperti halnya sebuah perjalanan hidup. Aku, si B, si C dan D ingin pergi ke suatu tujuan yang sama tapi ternyata kami berempat menempuh jalan yang berbeda, aku lewat desa Niru, si B lewat desa Grogol, si C lewat desa Rawa, dan D lewat desa Ribut. Dan....cara kami pergi berbeda pula ; ada yang naik bus, ada yang naik mobil atau sepeda motor. Tapi pada akhirnya kami tiba pula pada satu tujuan yaitu "Desa keindahan dan Ketentraman".

Tujuan setiap orang beribadah adalah pada Tuhan, memohon karuniaNya, meminta ampunanNya. Tapi caranya berlainan, yang muslim melakukannya dengan sholat dan pergi ke masjid, yang kristiani beribadah ke gereja, yang budha ke Vihara. Dan setiap agama punya tokoh yang selalu dijadikan patokan teladan di setiap ajaran masing-masing, Nabi Muhammad ; Yesus ; Budha Maitreya, Sidharta Gautama,..dll. Karena perbedaan itu Tuhan menginginkan agar manusia bisa saling melengkapi dan berdampingan dalam perbedaan. Bagaimana caranya ? Imani dan tekuni agama yang teman-teman anut, dengan berbagai teladan yang bisa diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Lalu apa lagi yang terpenting ...? Agamaku bukan agamamu, agamamu bukan agamaku.....kenapa kata ini begitu pokok dalam tulisanku ? karena banyak orang yang sering mencari-cari kelemahan dan kesalahan agama orang lain yang berbeda dengannya bahkan menjadikan itu bahan olokan atau perdebatan.

Pada dasarnya agama baik bagi setiap pemeluknya. Kalau si A mengatakan "Agamamu kok gini", si B mengatakan "Nah agama kamu sendiri kok nyembah ini,,..?... maka segala persoalan itu tidak akan pernah selesai. 'SETIAP ORANG TIDAK MAMPU MELEPASKAN DIRI DARI PANDANGAN AGAMANYA" Semua agama mengajarkan baik, tidak ada agama yang mengajarkan buruk. Tidak ada satu agamapun yang meminta penganutnya untuk membunuh orang, atau memperkosa wanita, atau merobek-robek tubuh orang tuanya. Semua agama berinti pada mencintai Tuhan, bersyukur atas karuniaNnya, dan yang terutama mencintai sesama. Boleh beda tapi tetap satu.....boleh beda tapi tetap bersaudara, .......boleh beda tapi tetap saling menghormati.

Peace!!

Wednesday, October 20, 2004

Bunda

= Puisi =


 
Kecil mungil tiada bisa berbuat sesuatu 
Hanya tangis yang terucap di bibir
Tangan-tangan pendek dan halus yang ingin memeluk
Memohon kehangatan dan tetesan air susu.
 
Dengan tangan sucimu..
Kauangkat dan cium,
Engkau melupakan duniamu dan dirimu
Dalam pikiran, hati dan perasaan..
Yang ada hanya dirinya.
 
Kesesakan kelelahan dan tangis tiada kaupedulikan
Mata yang sayu menahan sedih karena keadaan 
Senyum yang terhenti saat melihat ia kesakitan
Semua..semua..hanya tercurah untuknya.
 
Waktu, ruang, uang, bahkan hati
Kauberikan semua,
Kaucurahkan sepenuh hati,
Hanya demi ia ..yang kauyakini Anugerah Maha Esa,
Yang kausebut ‘belahan hati’
 
Bunda .. .. ..
Ibu .. .. ..
Mama .. .. ..
Dan banyak sebutan lain yang selalu terbanggakan
Di setiap bibir bahkan hati setiap orang.
 
Sungguh .. .. ..
Bunda sanggup mengubah kegelapan menjadi terang,
Perasaan sedih menjadi kebahagiaan.
Bunda mampu mencairkan es batu yang besar dan padat.
 
 
April 2004
Ultah my mom 

Dunia maya

Berkembangnya teknologi membuat pola pikir masyarakat berkembang pula. Awalnya masyarakat hanya tahu bahwa untuk mencari informasi atau berita terkini harus rajin membaca koran, dan itu berarti harus membeli koran setiap harinya. Masyarakat berpikir koran dan televisi adalah bahan pokok (seperti sembako) yang berguna untuk mengetahui berbagai informasi dan hiburan.

Lahirnya internet di era moderenisasi, ternyata dapat merubah pola pikir bahkan kebiasaan yang berlaku di masyarakat. Sebagian masyarakat yang gemar membaca dan membeli koran, kini lebih suka membaca koran yang online dan bisa dibuka lewat internet. Cepat, up to date dan tidak tertinggal informasi. Keberadaan internet bisa membuat orang-orang yang berjauhan tempat saling bercerita tanpa biaya mahal, yaitu dengan fasilitas email. Internet bahkan bisa menjadi ajang mencari jodoh, berkenalan, mencari teman, dan lain-lain lewat chatting.

Tentang chatting, aku jadi teringat salah satu cerita dari teman yang berada di negeri seberang sana (Malaysia). Ia menceritakan kehidupan suami istri yang mulai berantakan gara-gara "chatting".

Cerita dimulai dari sepasang suami istri sebut saja Annisa dan Yusuf, pasangan ini belum mempunyai seorang putra. Annisa hobby chatting, karena keasyikannya dalam ber-chatting, ia tidak mau diganggu sedikitpun oleh suaminya. Tanpa sengaja Yusuf menghafalkan id Annisa, dan ia berpamitan keluar rumah. Ternyata Yusuf pergi ke Warung Internet, ia membuka id di chatting dengan nama samaran. Ia memulai perkenalan dengan id Annisa. Pertama ia mencoba menanyakan apakah Annisa sudah menikah?, jawabannya di luar dugaan Yusuf, ternyata Annisa mengaku dirinya masih single. Sehingga Yusuf terus bertanya dan akhirnya perkenalan malam itu terus berlanjut, saling bertukar foto (foto yang dikirim Yusuf adalah foto temannya), perkenalan itu juga berlanjut ke dalam dunia percintaan cyber, percintaan lewat chatting.

Suatu hari lewat chatting, Yusuf mengajak Annisa bertemu di suatu hotel di Sarawak, dan Annisa menyetujuinya. Karena rencana itu, Yusuf beralasan akan bertugas ke luar kota, dan Annisa tidak merasa keberatan. Yusuf berangkat, Annisa meluncur ke Hotel di Sarawak.

Yusuf meminta temannya untuk menemui istrinya di Lobby hotel dengan mengenakan parfum "A", dan memohon temannya untuk bersandiwara, supaya membuat alasan bahwa ia ada meeting hingga tengah malam. Benar...Annisa datang, teman Yusuf mematuhi perintah Yusuf. Ia memberikan pesan kepada Annisa agar mematikan lampu hotel karena ia akan kembali tengah malam, seraya memberikan kunci kamar hotel. Tepat jam 12 malam, Yusuf memasuki kamar Hotel, ia mendapati Annisa istrinya di tempat tidur kamar hotel. Dengan menggunakan parfum yang sama dipakai oleh temannya, ia berjalan tanpa bersuara, dan mendapati Annisa bertelanjang tanpa busana. Iapun langsung mengerti, malam itu Annisa melayani kekasihnya di chatting selayaknya suaminya, tanpa tahu bahwa itu suaminya, yang ia tahu adalah "Burhan" kekasih chattingnya di internet. Keesokan paginya Annisa menyalakan lampu dan membuka jendela kamar hotel. Wajahnya pucat pasi begitu melihat sosok yang tidur di tempat tidur kamar hotel tidak lain dan tidak bukan adalah suaminya sendiri.

Cerita di atas mengingatkan aku akan suatu kejadian yang unik. Rasa penasaranku terhadap dunia maya ternyata memang terbukti. Tanpa sengaja di suatu situs friend online aku melihat ada profile teman kantor yang memakai id/nama samaran. Di testimonialnya aku menemukan beberapa orang terutama gadis menuliskan karakternya seolah-olah sudah kenal lama. Tanpa berpikir panjang aku mengirim messages ke salah satu gadis. Kesalahan terbesarku adalah melanggar privacy orang dan aku ikut campur urusan orang. Tapi rasa penasaranku ini memang terjawab. Ternyata gadis ini tidak tahu bahwa teman sekerjaku ini sudah berkeluarga. Ia mengaku single, bahkan ia sudah dekat dengan gadis ini layaknya adik kakak, ia juga mengirimkan kado/hadiah di ultah si gadis.

Dunia maya itu tidak bisa diraba atau dijelajah dengan nalar dan logika. Segala sesuatu yang tidak mungkin menjadi mungkin. Yang sudah bersuami atau beristri bisa menjadi single, bahkan bisa terjadi percintaan walaupun jarak tempat mereka beratus-ratus kilo jauhnya. Dan sebagian orang dalam masyarakat ada yang mempercayai kejujuran dalam dunia maya. Padahal tidak semua informasi yang ada di dunia maya itu benar dan sesuai fakta. Tinggal bagaimana kita sendiri menyikapi keberadaan dunia maya, dunia internet, menggunakannya bahkan mengendalikannya. Dalam dunia maya kita bisa mendapatkan ilmu, info, teman, pendek kata banyak manfaat juga yang kita temui di dunia maya ini. Tapi jika kita tidak bisa mensiasati keberadaan teknologi ini, kita juga akan rugi dalam rasa pertemanan yang ternyata faktanya kita tidak pernah tahu. Apalagi jika itu sudah menjurus dalam love cyber.

Bagiku sendiri dunia internet atau dunia maya sangat mempengaruhi aktivitasku, dan kuperoleh banyak manfaatnya. Aku bisa mendapatkan berita terbaru ketika ada ledakan bom kuningan, aku bisa mengetahui cerita kakak sepupu ku yang kini sedang bersekolah di Italy, Roma. Aku bisa mengirimkan artikel ku ke beberapa situs, dan dari situ aku mendapatkan teman-teman yang baik hubungannya dari tiga tahun lalu. Yang terutama, dunia internet bisa memberikan wawasan apapun bidangnya padaku. Sekali lagi tinggal bagaimana aku, kita semua menyikapi keberadaan dunia internet.

Wednesday, October 06, 2004

Senyum

Kiasan bunga yang mekar
Keriangan dan kegembiraan
Sukacita juga kesuksesan
Dinilai dengan ‘senyum’

Saat bibir mulai menjorok ke depan
Saat wajah terlihat kusam
Kesimpulan atas garis bibir
Bahwa mereka ‘sedih’

Ukuran senyum selalu ternilai
Dengan keunikan bibir
Dengan ciri khas keceriaan
Dan mata yang mulai bersinar

Jika lengkungan itu melebar
Artinya mereka tertawa gembira
Jika lengkungan itu setengah melebar
Artinya senyum keceriaan
Dan jika lengkungan itu agak terkatup
Artinya keterpaksaan hati yang muncul

Senyum..
Adalah lengkungan yang meluruskan
Senyum ..
Adalah keajaiban kasih dari penderitaan
Senyum..
Obat yang mujarab untuk mengatasi kepedihan
Hanya senyum..
Yang dapat menentramkan hati yang mulai membara dan panas

Mulailah tersenyum,…
Dari sedikit,
Mulai melebar..dan akhirnya
Rianglah tawa, isi harimu dengan senyum..
Yach….senyum


Si Sempurna dan Si Tampan



“Apa kau benar-benar tidak menyukaiku?, apa itu sudah kautanyakan dengan jujur dalam hatimu? Tolong pertimbangkan, tanya lagi dan pikirkanlah bahwa aku pantas menjadi kekasihmu.” Tanya si sempurna pada si tampan. “Aku sudah tanya dalam diriku, dan jawabannya : aku tidak mencintai dirimu”, Jawab si tampan.
“Apakah itu berarti kau akan menetapkan pilihanmu pada si buruk rupa?” Si sempurna kembali bertanya dengan mendesak. “Ya…aku mencintai si buruk rupa”. Jawab si tampan singkat.

“Aku rasa kau laki-laki terbodoh di dunia yang pernah aku temui. Mengapa harus si buruk rupa yang lebih kau pilih?” Tanya si sempurna dengan nada marah.
“Justru aku merasa bahwa aku menentukan pilihan yang tepat, dan aku merasa laki-laki yang paling beruntung di dunia ini”. Jawab si tampan.
“Beruntung?? Si buruk rupa tidak cantik, postur tubuhnya pendek, wajahnya berjerawat dan ia bukan orang kaya! Apa yang kau harapkan darinya? Apa yang bisa kau banggakan menjadi kekasihnya?”, si sempurna marah dan berteriak semakin kencang.

“Lalu…apa yang bisa aku banggakan darimu, jika aku menjadi kekasihmu?” tanya si tampan dengan pembawaan tenang.
“Tidakkah matamu bisa melihat seluruh keindahan yang terpancar dariku?Lihat aku !” Si sempurna berjalan melenggak-lenggok bak peragawati, menebar senyum terindahnya dan membusungkan dadanya yang berisi.
“Aku cantik, kulitku halus tiada bercacat, mataku menebar pesona seperti cerahnya terang bulan dan rambutku yang panjang hitam legam berkemilau seperti air sungai bening. Laki-laki mana yang tidak menginginkan diriku?” Si sempurna berjalan memeluk si tampan dari belakang dan si tampan melepaskan pelukan itu dengan kasar. Si sempurna mulai bersombong lagi, “Kau rasakan bukan, pelukanku? Lekukan tubuhku yang sempurna bagai gitar, kau bisa menyentuh bagian mana yang kau suka. Dan… kekayaanku yang melimpah bisa memanjakanmu dengan berbagai kesenangan yang tiada pernah kaurasa. Masih kurangkah semua yang ada pada diriku untuk kaubanggakan?” Tanya si sempurna pada si tampan.
“Banyak..sangat banyak yang kurang, dan jujur aku tidak tertarik sedikitpun pada semua kelebihanmu!” Jawab si tampan.

“Ok..katakan padaku apa yang kurang dan hal apa yang membuatmu tertarik pada sosok perempuan?” tanya si sempurna dengan kesal.
“Yang kurang itulah yang membuat aku tertarik…., kau tidak memiliki kelebihan yang ada pada diri si buruk rupa. Ia jujur, penuh kasih, mencintai Tuhan, ia selalu peduli dengan orang di sekitarnya walaupun hidupnya sendiri susah, ia rajin bekerja dan beribadat. Aku mencintai kecantikan yang tidak terlihat, karena hal itu aku bisa menerima segala kekurangannya dengan bangga hati. Dan… apakah kau mempunyai kecantikan seperti itu?” Tanya si tampan dengan senyum mengembang.
“Kau..kau benar-benar memuakkan. Kau salah telah memilih sampah yang harusnya dibuang jauh, aku benci kau, dan aku tidak akan pernah lagi mau berjumpa denganmu!” si sempurna menangis, marah dan berlari meninggalkan si tampan yang tersenyum bahagia.

“Kalaupun cinta itu ada, cinta hanya untuknya yang mempunyai kasih dan kesetiaan. Cinta itu akan kuberikan pada si buruk rupa dengan segala kerendahan hati dan kebanggaan yang terkira karena memilikinya”, si tampan berucap dalam hati.

Cerita di atas mengingatkan kita bahwa banyak orang merasa bangga hati dengan semua kelebihan yang dimilikinya, kelebihan yang lebih bersifat duniawi membuat kita menjadi sombong dan lupa bahwa tidak ada yang sempurna di dunia ini, kecuali si Maha SegalaNya yaitu Dia yang menciptakan manusia beserta seluruh alam ini.
Kita juga sering meremehkan orang lain yang kita anggap jelek, miskin atau di bawah kita. Kita merasa diri paling hebat, dan yang lainnya hanya cuilan dari sebagian kehebatan kita.

Bisakah kita menyadarinya dan berbenah diri menjadi sosok si tampan yang mau melihat orang lain karena hatinya bukan karena baju atau luarnya? Dan bisakah kita menjadi lebih menghargai orang di sekitar kita dengan menganggapnya sama atau sederajad dengan kita. Karena kaya-miskin, tinggi-pendek, keriting-lurus, bermata sipit-lebar, gemuk-kurus, atau jelek-cakep…semua sama di mata Tuhan.


1 September 2004
Kumpulan Refleksi diri
Koleksi Pribadi


Today ..

Last night i was try to write short story, I hope I can write novel. I was read in penulislepas . Competion writing short stories or novel in FLP (Forum Lingkar Pena) makes me want to follow that contest, but I am realy afraid and worried to follow that competition. I don't have good skills to make perfect short stories.


Someone asked me about my religion. I just ask for myself. Is it important in friendship? Guys or girls here, please give me the answer...


Thursday, September 16, 2004

Selamat datang

Selamat pagi, selamat siang, selamat sore dan malam...

Ririn barusan iseng belajar di blogger, siapa tahu keisengan corat-coret ini bikin ririn tambah semangat dalam berlatih menulis..siapa tahu juga tiba-tiba ririn jadi top..top..top bak superstars

Kebetulan yang masih ditayangin di sini adalah kumpulan tulisan lama, maklum masih percobaan, kalau ternyata bisa jadi blogger nya, yach ririn tambahin nanti.

Mohon comment dari teman-teman, atau mungkin masukan yach..kali aja ririn jadi nambah pengetahuan nya gimana bikin blogger tambah cantik, dan bagaimana bikin website (tapi cari'in yang gratis lhooo) maklum duitnya gak ada, kalau udah jadi artis ternama aja, baru bikin web yang exclusive.

Satu lagi, tuhhh profile mungkin englishnya amburadul, jangan ditertawain..kan udah rin bilang "percobaan"..di tengah ngadatnya internet ubaya, bikin profile..juga di tengah kesibukan jam kerja.

So...baca ya...kalau udah pernah baca, dilihat aja..

Salam,
RIRIN

Refleksi Diri

BERSYUKUR DALAM UNTUNG DAN MALANG

Kemarin sore, ketika aku pulang kerja dengan membawa motor, aku berpapasan dengan seorang perempuan yang cacat kakinya, berjalan bersama dengan teman-temannya. Aku menyimpulkan bahwa perempuan itu mungkin kerja pada suatu pabrik, dan mungkin dia sedang berjalan pulang bersama teman-temannya.

Ada sempat terlintas di benakku, sempat terpikir pula olehku, dan menjadi tanda Tanya besar “Bagaimana dia bisa bertahan mengarungi hidup ini dengan kaki cacat ?”
Dia mau bekerja pada suatu pabrik, dan dia bisa berinteraksi, bersosialisasi dengan teman-temannya.

Dan aku menjadi sadar, bahwa Tuhan menciptakan manusia dengan bermacam-macam bentuk, dan karakter, bahkan talenta atau bakat. Ada yang cantik, tapi dia mempunyai perangai yang buruk, ada yang cacat tetapi dia begitu tegar bahkan lebih tegar dari si cantik dalam menghadapi hidupnya, dan berbagai macam model lainnya.

Dan akhirnya aku mencapai perenungan diri. Dimana aku dulu sering minder dengan diriku sendiri, dengan kemampuanku. Aku selalu membanding-bandingkan dengan kelebihan orang lain. “Akh ..kenapa aku tidak secantik si “A” ? kenapa Tuhan tidak memberi aku body atau postur tubuh sebagus si “B”? Kenapa Tuhan tidak memberiku kepintaran seperti si “C”? “…dan masih banyak lagi pertanyaan yang kuungkapkan pada Tuhan, seolah-olah aku menuntut dan tidak puas dengan apa yang diberi Tuhan.

Dengan kejadian kemarin sore, berpapasan dengan perempuan “Cacat” yang mau berkerja dan bisa bersosialisasi dengan orang-orang di sekitarnya, aku berucap “Maha Besar Tuhan”….karena ternyata masih banyak orang-orang yang lebih tidak sempurna, yang lebih menderita, yang lebih merasa disisihkan dan disingkirkan daripada aku.

Semoga kita semua selalu bersyukur pada Tuhan dalam suka, duka, untung dan malang kita.

15 Agustus 2003

=================================================================

KASIH

Ketika salah satu tetangga menyebar gosip tentang
keluargaku, aku merasa sebel, sakit hati, dendam, dan
ingin membalas kejahatannya.juga Ketika seorang teman
berbicara tidak enak sedikit saja, aku jengkel dengan
omongannya.
Yach, selalu begitu dan begitu...jika seseorang telah
menyakiti aku, aku berusaha untuk menyakitinya,
berusaha membalas sakit hatiku, berusaha membalas
dengan kata-kata yang menyakitkan.

Entah mengapa aku serasa terbangun dari lamunan, saat
kulihat satu kata yang tertulis di mejaku."KASIH"
Aku menulis dengan refleks lagu yang terdentang di
radio. Rasa kasih bukan cuman diperuntukkan bagi
pasangan orang yang sedang berpacaran,rasa kasih bisa
diberikan pada siapa saja, orang tua,
sahabat..teman,bahkan tukang becakpun berhak menerima
rasa kasih.

Yach kasih kata yang singkat namun penuh makna. Dalam
kasih ada kerendahan hati, tidak sombong, sabar, tidak
dendam, tidak menyimpan kesalahan orang lain. Bahkan
Kasih lebih luas jangkauannya dari Cinta. Seperti
halnya suatu syair lagu "Love give us wing" begitu
pula kasih dapat memberikan kekuatan dan kebahagian
tersendiri.

Aku berpikir alangkah damainya hatiku jika mencoba
menciptakan suasana kasih di hatiku. Dan alangkah
damainya dunia jika tiap orang juga menciptakan kasih
di hati mereka. Tentu tidak akan ada perang Irak,
Aceh, Poso, Ambon, Bom Bali,..dan lainnya yang membuat
kita prihatin. Tentu tidak ada percekcokkan,
pertengkaran, Iri hati, benci, dendam, jengkel..Dengan
kasih orang bisa memaafkan kesalahan orang lain,
dengan kasih orang mau membantu sesamanya yang lebih
menderita.

Kasih bukan cuman diwujudkan dengan kata-kata, namun
dengan perbuatan yang konkrit. Ketika aku naik becak,
kemudian memberikan bayaran , aku juga mengucapkan
terima kasih seraya tersenyum. Aku merasa bahwa aku
sudah mencoba mewujudkan sikap kasih. Sikap itu memang
kecil sekali, dan sering aku abaikan, namun dengan
sikap itu, abang becak merasa dimanusiakan, merasa
dihargai.

Aku hanya berdoa dan berharap bahwa setiap orang di
dunia ini punya "KASIH" di hatinya.Segala kesusahan,
dan amarah di hatiku ternyata dapat teratasi dengan
Iman, pengharapan dan yang paling utama "Kasih."

31 Juli 2003

=================================================================

KASIH IBU SEPANJANG JALAN

Kemarin malam pikiranku serasa penat, dadaku sesak, dan tanpa terasa air mataku mengalir. Aku berusaha menahan gejolak-gejolak di hatiku, aku berusaha untuk menyembunyikan masalah yang terjadi di tempat kerja atau masalah pribadiku dari Ibu. Tapi Ibu adalah seorang yang peka, bagaimanapun Ibu selalu bisa merasakan anaknya dalam kesedihan atau kegembiraan.

Akhirnya aku menceritakan secara detail tentang kesesakanku. Dan penuh kelembutan Ibu memberikan nasehat, dorongan, semangat, dan kata-kata yang menghibur aku.

Ibu… belas kasihnya panjang bak sungai, ibu tidak pernah menghiraukan penderitaannya, kepedihannya. Baginya adalah kebahagiaan anak-anaknya. Baginya memberikan pendidikan tinggi pada anak-anaknya adalah suatu kebanggaan, melihat anaknya menjadi seorang yang sukses adalah suatu kebahagiaan.

Aku masih ingat ketika Ibu terserang tumor ganas dan kanker rahim, di tengah kepedihannya Ibu masih menginginkan aku menyembunyikan penyakitnya dari kedua adikku, di tengah sakitnya Ibu tidak pernah mengeluh, Ibu tetap bekerja tiap hari untuk mencari uang, agar kami tetap bisa kuliah. Bahkan ketika Dokter mengatakan bahwa penyakit Ibu tidak bisa dibiarkan terus dan harus dioperasi, Ibu masih memberiku semangat untuk belajar dalam mempersiapkan Ujian Akhir Semester, Ibu tidak mau kami bertiga menjenguknya ataupun menunggu di Rumah Sakit. Semua penderitaan Ibu pikul sendiri, bagi Ibu kebahagian suami dan anaknya adalah nomer satu.

Satu persatu kenangan bersama Ibu mengalir terus dalam pikiranku. Aku masih ingat juga saat-saat sesudah Ibu keluar dari Rumah Sakit, dalam kondisinya yang masih lemah, dengan jalan yang gontai Ibu menuju dapur, aku bertanya “Ibu kenapa kesini ?” dengan jawaban yang tidak kuduga Ibu menjawab bahwa beliau ingin memasakkan aku dan adik-adikku. Akh…sungguh besar kasih Ibu itu, dan tak terukurkan.
Beliau tidak memikirkan kesehatannya, tapi justru memikirkan anak-anaknya nanti makan apa, kalau beliau tidak menyiapkan makanan.

Ada kalanya aku berselisih paham dengan Ibu jika kami punya beda pendapat, aku memang keras kepala, kadang pendapat yang menurut aku benar tetap aku pertahankan, tapi Ibu dengan sabar masih bisa memaafkan aku. Ibu masih bisa tetap tersenyum.

Aku sering bergumam dalam hati, “Tuhan itu Maha Kuasa, sungguh.. Tuhan itu menakjubkan !!” Aku masih tidak mengerti dengan penciptaan sosok yang satu ini, yaitu sosok IBU. Bagaimana Tuhan bisa menciptakan sosok manusia yang mempunyai kasih tidak berkesudahan, penuh maaf, penuh pengertian, bisa mengetahui orang di sekitarnya dalam kebahagiaan atau kesedihan, bisa tanggap akan apa yang dibutuhkan oleh orang-orang di sekitarnya.

Teman, cintailah Ibu dengan segenap jiwamu. Ibu adalah sosok KARUNIA TERBESAR dari Tuhan. Dan hendaklah karunia Tuhan itu kamu jaga, cintai, sayangi, hormati, bahagiakan. Jangan pernah sakiti hatinya.

Semoga cerita aku yang jauh dari cara penulisan yang benar ini, bisa bermanfaat. Aku bukan penulis yang berpengalaman, tapi aku berharap pengalaman pribadiku ini bisa menggugah perasaan teman-teman pada sosok seorang Ibu.


20 Agustus 2003

=================================================================

BAPAK


“Bapak, sudah aku gak mau lagi becanda!!” sahutku kemarin malam, saat Bapak mencoba menggodaku.
Lucu memang, aku dan Bapak seakan bukan seperti anak dan orangtua, kadang Bapak kalau mengggoda aku, aku marah dan sering memukul seperti layaknya kepada teman. Namun Bapak tidak marah, bahkan Bapak selalu lari dan menghindar dari pukulanku.

Dulu aku pernah sempat membenci sosok yang satu ini, yach aku sempat membenci Bapak. Aku merasa Bapak tidak banyak membantu mengatasi masalah keuangan di keluarga aku. Memang dalam keluargaku gaji Ibu lebih besar daripada Bapak, dengan gaji Ibu aku dan kedua adikku bisa kuliah. Aku pernah sangat jengkel dengan Bapak karena kondisi ini.

Hari ini tiba-tiba satu persatu kejadian yang pernah aku alami bersama Bapak seakan terekam bagai kamera dan film itu seolah berputar tepat di mataku. Aku masih ingat saat Ibu harus dioperasi karena sakit kanker rahim, Bapak dengan setia menunggu Ibu di Rumah Sakit, di tengah kelelahannya karena pulang kerja, Bapak tidak peduli, setiap kali aku dan kedua adikku menawarkan diri untuk menggantikan jaga di Rumah Sakit, Bapak selalu menolak, Bapak tetap meminta kami bertiga untuk pulang dan belajar, untuk mempersiapkan Ujian karena saat itu aku dan adikku harus menghadapi Ujian Akhir, juga adikku yang kecil harus siap untuk EBTANAS. Aku juga masih ingat, ketika aku pulang kuliah kudapati Bapak sedang memasak di dapur, aku Tanya “kenapa masak Bapak..?” Bapak menjawab, “karena Ibu sakit, dan kamu pulang nanti makan apa kalau lapar?. Benar-benar jawaban yang kadang aku tidak mengerti. Padahal kalau aku lapar aku bisa membeli makanan yang lewat di depan rumah, tapi ternyata jalan pikiran Bapak berbeda.

Satu hal lagi yang unik pernah terjadi, Bapak pernah memaksa aku untuk masuk Fakultas Non Gelar, tepatnya Akademi Sekretari, dengan alasan supaya aku bisa cepat mendapatkan kerja. Padahal saat itu aku sudah mendaftarkan diri aku sebagai Mahasiswa Fakultas Ekonomi jurusan Akuntansi, sehingga aku harus mengahadap Pembantu Rektor I untuk mengajukan permohonan pindah fakultas, sekarang aku bisa merasakan manfaatnya, aku cepat mendapatkan pekerjaan dengan mudah.
Aku masih ingat saat aku duduk di bangku SMA kelas III, aku mendapatkan surat dari teman laki-laki yang ditujukan ke alamat rumah, tapi di luar dugaanku Bapak telah membuka surat tersebut dan membacanya. Aku benar-benar terkejut, apalagi ternyata surat tersebut berisikan perasaan seorang laki-laki yang jatuh cinta pada lawan jenisnya. Aku mendapat “Instruksi dan Peringatan Keras”, bahwa aku tidak boleh berpacaran kalau masih duduk di bangku sekolah. Banyak hal yang dilakukan Bapak, dan terkadang bertentangan dengan keinginanku. Banyak hal yang tidak aku mengerti pada Bapak, kemauannya, keinginannya, semuanya, tapi semuanya aku dapat petik manfaatnya.

Suatu hari, aku pernah ditegur Ibu karena kerasnya hatiku, Ibu memberikan berbagai pandangan tentang penilaian aku terhadap Bapak, bagi Ibu ketidakperdayaan Bapak atas gaji istri yang lebih besar bukan karena diri Bapak, melainkan keadaan yang memang terjadi, karena status pekerjaan yang memang berbeda jauh dari Ibu. Ibu memberikan pengertian yang akhirnya membuat aku sadar bahwa dalam kehidupan keluarga uang bukanlah segalanya.

Aku begitu tertegun, melihat Bapak menggendong Ibu, memandikannya, menggantikan baju yang berlumuran darah, saat Ibu sakit. Aku heran, melihat ketegaran hati Bapak bergelut dengan darah, juga berbagai makanan yang tidak bisa masuk ke lambung Ibu dan harus dimuntahkan. Bahkan aku sempat bergumam, Bapak adalah sosok yang setia, Bapak bertanggung jawab terhadap keluarganya. Yach seolah Tuhan membukakan mataku, pikiranku, karena dengan begitu tiba-tiba aku mengagumi Bapak.

Dua hari sebelum operasi, Ibu merasa ketakutan, ibu sangat takut kehilangan Bapak, Ibu takut bahwa Bapak akan meninggalkannya jika mengetahui Ibu sakit kanker dan tumor rahim. Ibu mengungkapkan itu semua kepadaku, dan waktu itu aku mendorong semangat Ibu untuk tidak berpikiran buruk dulu aku meminta Ibu untuk menyerahkan semua pada Tuhan. Tapi….semua pikiran Ibu, tidak terjadi, Bapak dengan tabah mendampingi Ibu menjalani berbagai kesusahan dan kesakitan, Bapak setia mengantar Ibu kontrol, berobat, memandikan, menunggu selama di rumah sakit, dan semua itu berlangsung selama satu tahun. Yach satu tahun bukan waktu yang pendek, dan bisa saja kejenuhan menimpa Bapak, tapi aku tidak melihat semua itu. Bapak tetap tegar memberikan semangat agar Ibu cepat sembuh dari sakitnya.

Sampai sekarang yang selalu mengusik dan membuat aku tertawa dalam hati, adalah sikap Bapak yang terlalu kuatir pada aku dan kedua adikku. Padahal kami bertiga sudah besar-besar, dan kami punya kesibukan sendiri-sendiri, arah dan tujuan kegiatan kami pun tidak selalu sama. Jika Bapak masuk kerja malam, Bapak selalu menelepon ke rumah tepat jam 10 malam, sekedar bertanya pada Ibu apakah aku dan dua adikku sudah berkumpul semua di rumah.

Dulu aku berpikir bahwa hanya Ibu yang sanggup mencintai juga berani berkurban demi anak-anak dan keluarganya, tapi sekarang Tuhan merubah jalan pikiranku, kasih Ibu memang sepanjang jalan, tapi kasih Bapak juga tak terukur.

Aku hanya bisa berharap bahwa teman-teman bisa mencintai Bapak seperti teman-teman mencintai Ibu. Bapak dan Ibu adalah sosok yang harus kita tempatkan istimewa di hati kita, yang pantas kita cintai lebih dari apapun, walaupun itu pacar, kekasih atau sahabat. Jangan pernah berpikir bahwa Tuhan memberikan ketidakberuntungan padamu, karena kamu mempunyai orangtua yang tidak tampan, tidak cantik atau tidak kaya, tetap cintailah mereka dengan segala kekurangan dan kelebihan mereka, karena mereka pun mencintai kita dengan segala kekurangan kita bahkan rela memberikan apa saja untuk kebahagiaan kita.

Aku berdoa semoga teman-teman tidak mengulang kesalahanku lagi, yang membenci sosok Bapak, karena itu akan menimbulkan penyesalan kelak di belakang hari. Cintailah Bapak juga Ibu selagi mereka masih hidup.

Tulisanku yang jauh dari kurang sempurna ini semoga bisa bermanfaat.


30 September 2003

=================================================================


PERSAHABATAN

Aku berjalan di suatu hutan yang indah lengkap dengan pemandangan air terjun, juga angin yang serasa semilir menyejukkan hati. Tanganku digandeng oleh seorang gadis, dia tersenyum, menuntun aku, dia menunjukkan jalan setapak kecil yang dilewati oleh aliran sungai. Aku selalu mengikuti langkah kemanapun dia pergi, hingga…aku terhenyak saat alarm HP- ku berbunyi. Akhhh,…ternyata aku bermimpi, tapi mengapa mimpi ini terlihat nyata ? Gadis yang manis, sosok itu serasa mengusik hatiku lagi. Yach “Eka” adalah sahabat dekatku sewaktu kami sama-sama masih kuliah. Eka telah dipanggil Tuhan karena sakit tipes yang sudah menyerang di otak. Aku tidak mengerti mengapa semalam tiba-tiba Eka hadir dalam mimpiku, hal itu mengusikku. Aku berada pada kesimpulan bahwa aku harus berziarah ke makamnya.

Dulu waktu duduk di bangku kuliah aku dekat dengan dua gadis, Eka dan Zita. Kami selalu pergi bertiga kemana-mana, bahkan ketika study tour di Jakarta, kami minta tidur dalam satu kamar, agar komunikasi kami lebih enak. Aku belajar banyak hal dari dua orang sahabatku ini, aku belajar peduli, mencintai dan juga belajar karakter. Dan hingga kini yang masih aku ingat, Eka dan Zita mengajarkan aku bagaimana berpenampilan dan berdandan feminim. Lucu memang, jika mengingat hal itu, karena aku yang tomboy, tidak suka memakai lipstic harus masuk Akademi Sekretari dan dituntut untuk tampil modis. Masih terekam dalam memoriku saat Eka memulaskan lipstic di bibirku, dengan memberi contoh bagaimana menghias bibir, masih aku ingat setiap kali foto kami selalu bertiga, dan eka tidak mau memakai kacamatanya, dengan alasan malu, masak tiga-tiganya berkacamata.

Di akhir kuliah, Aku, Zita dan Eka berjanji akan sering berkomunikasi walau sama-sama sibuk bekerja, kalau tidak bisa telepon ke kantor, coba telepon ke rumah, atau ke celuler masing-masing. Di tengah rutinitas kesibukan aku bekerja, akhirnya kami bertiga dapat bertemu juga di Rumah Eka, kami menghabiskan waktu dari siang sampai sore untuk bercerita tentang kerja kami, dan mengingat saat-saat kuliah dulu. Kami sempat bertemu tiga kali, dan tidak aku sangka itu adalah pertemuan terakhirku dengan Eka.

Aku mendapat sms ..”Rin, kalau pusing karena darah rendah dikasih obat apa.? Kamu dulu pantangan makannya apa, kok darah rendah kamu bisa sembuh”?….Itu adalah sms dari eka, dan aku tidak punya pikiran macam-macam, karena selama ini eka tidak pernah sakit keras, eka adalah sosok yang tegar dan kuat. Aku hanya sempat membalas dan memberi nasehat agar eka istirahat, dan periksa ke dokter. Aku benar-benar bodoh, kenapa tidak berpikir untuk say hello lewat telepon sekedar menanyakan kabar dan mendengar suaranya.

29 Oktober 2002, jam 21.18 WIB…aku mendapat sms dari teman kuliah “Rin, Eka meninggal..bsk aku & anak2 mau melayat, kamu ikut ga..?, salam Uci “
Dum…dum..dum… Dadaku bergetar hebat, tanganku dingin saat itu, Eka…? Eka siapa..? Eka yang mana..? Respect aku menelepon Zita, aku Tanya Eka siapa yang meninggal..? Ternyata Zita sama tidak tahunya dengan aku, Zita juga bingung. Aku benar-benar di ambang batas galau, bingung, tiba-tiba tanganku bergerak menelepon HP Eka, dan yang menerima adalah teman kampus, Fitri mengiyakan meninggalnya Eka. Hah….tanpa terasa air mataku mengalir, aku berteriak “Tuhan,…Tidak mungkin” bagaimana eka bisa meniggal dalam usia yang masih muda, eka belum merasakan manis yang dia petik dari hasil kerja kerasnya” Tubuhku rasanya lemas, dan semalaman aku tidak bisa memejamkan mata,..saat itu hatiku hanya diliputi penyesalan, dan minta maaf pada Tuhan karena mengabaikan kesempatan untuk mencintai dan mempedulikan sahabatku.

30 Oktober 2002, jam 18.00 WIB aku berada di rumah eka. Dan aku baru tahu semua kejadian dan penderitaan yang menimpa Eka. Kesakitannya, kesesakannya, dan akhirnya Ortunya harus rela melepas kepergian Eka. Aku berada pada “Penyesalan, rasa berdoa, rasa bersalah” Kenapa aku sebagai sahabatnya tidak tahu bahwa dia sempat di rawat selama dua minggu…?” Eka tidak mau sahabat-sahabatnya tahu akan sakitnya, itu yang aku dapat berita dari Ibunya.
Aku dan Zita terakhir bertemu, saling mengingatkan sesibuk apapun kami dan dimanapun kami harus saling memberi kabar.

Aku berharap teman-teman bisa memetik dari pengalaman yang terjadi padaku. Jangan pernah lupakan sahabat dekatmu, setidaknya sempatkan waktu untuk share, atau say hello,…sebelum semua terlambat. Tuhan yang menentukan segalanya juga umur manusia, kita tidak akan pernah tahu kapan kita akan dipanggil. Hendaklah peduli dengan sahabatmu. Bersahabatlah dengan siapa saja tanpa pandang bulu, cinta persahabatan tidak memandang suku, agama, kaya atau miskin…cinta persahabatan tumbuh karena rasa saling memiliki, saling peduli, saling mengingatkan, dan saling berbagi.

1 Oktober 2003

=================================================================

Jawaban Tuhan

Wati seorang mahasiswa dari keluarga sederhana. Ia bersyukur karena dapat menuntut ilmu di salah satu Perguruan Tinggi Swasta dan punya nama di Surabaya,..yach semua ini berkat kerja keras kedua orangtuanya.

Setiap hari ia melihat trend teman-temannya yang membawa handphone. Setiap dering yang ia dengar di kantin, di kelas...selalu membuatnya menahan nafas dan dadanya berdetak. Betapa tidak ? Karena Wati merasa hanya ia sendiri orang yang kuno di tengah trend dan di antara teman-temannya. Jangankan mengoperasikan handphone, seumur hidupnya ia tidak pernah menyentuh seperti apa bentuk dan model handphone itu.

Dua hari lagi ulang tahunnya yang ke 19 tahun. Tengah malam ia menulis buku
hariannya.

"Tuhan..aku sangat menginginkan handphone untuk ulang tahunku. Ingin tahu rasanya memegang dan punya handphone. Tapi kedua orangtuaku tidak mampu untuk membelinya. Aku sangat tahu itu, karena untuk membiayai kuliahku mereka harus kerja keras siang malam. Apa mungkin keinginanku terwujud Tuhan ? Apa mungkin ada keajaiban ? Tuhan jawablah doaku"

Wati lupa meletakkan kembali Diary-nya ke almari tempat ia menyimpan, dan ia tertidur. Ibu Wati membaca Diary itu sambil tersenyum..

Tiba hari ulang tahun Wati...
"Nak...Ibu dan Bapak punya hadiah untukmu". Wati membukanya, kado itu berisi Hem berwarna pink, warna kesukaan wati. Hem itu sederhana dan manis.Ibu wati tersenyum seraya memberikan hadiah itu.
"Hem itu cantik bila kau pakai untuk kuliah, Ibu dan Bapak tidak bisa memberikan hadiah yang kaudambakan yaitu handphone. Tapi jangan salahkan Tuhan, bila tidak menjawab doamu, jangan marah pada Tuhan bila tidak memberi keajaiban pagi ini.
Wati terkejut, karena Ibunya tahu akan keinginannya.
"Tidak ..Bu, Wati tidak akan pernah marah pada Tuhan. Tuhan sudah memberi
jawabannya". Wati tersenyum. Jawabannya "Tunggu belum saatnya" Tuhan akan memberikan wati pekerjaan setelah wati lulus kuliah dan wati bisa membeli handphone dari uang hasil kerja wati, bu"
Ibu Wati terharu sambil berkata "Memang ada tiga jawaban yang diberikan Tuhan dalam menjawab doa kita nak...: Ya, Tidak, dan Tunggu...."
"Tuhan tahu apa yang terbaik untuk kita.

Note :
Sebenarnya kisah di atas berasal dari pengalamanku waktu kuliah dulu. Berkumpul bersama teman-teman anak orang Borju, kaya, berduit...saat kuliah membuatku berangan-angan melambung..he..he..maklum waktu itu juga masih baru masuk bangku kuliah.

Kisah di atas mengingatkan kita bahwa sebenarnya Tuhan mengetahui apa yang terjadi dalam hidup kita. Oleh karena itu Ia tidak selalu memberikan apa yang kita minta.

Seperti handphone....keinginan itu mulai ada sejak lima tahun yang lalu, tapi Tuhan akhirnya memberikan kesempatan padaku untuk membeli handphone dengan hasil kerjaku sendiri, tanpa memberikan beban pada orang tuaku. Tuhan pasti mengabulkan doa kita dengan waktu dan saat yang tepat.

Salam,
RIRIN

=================================================================
Si Sipit dan Si Jangkung

Si Sipit berjalan dengan penuh kebanggaan, karena mendapatkan uang dari Bos besar, sebaliknya si Jangkung hanya tersenyum dan mendesah dengan perasaan sesak.
“Aku sudah bilang, apapun yang kamu kerjakan tidak ada artinya bagi Bos, karena Bos menganggap bahwa aku yang lebih rajin mengerjakan semuanya daripada dirimu!” Si Sipit berkata dengan congkak sambil menunjukkan uang yang ia terima. Tanpa Si Sipit sadari, ada telinga yang mendengar dan mata tajam yang melihat semua yang dilakukan Si Sipit kepada si Jangkung.

“Bagiku bekerja giat, melayani pimpinan adalah kewajibanku. Pengabdian pada perusahaan adalah yang utama. Jika aku sudah melakukan itu semua, aku yakin bahwa hak yang aku dapatkan sepadan dengan kewajibanku”, jawab Si Jangkung.

Si Sipit berlalu sambil mengejek kepolosan Si Jangkung. Di saat bersamaan, Bos besar memanggil si Jangkung dan memberi upah dua kali lipat lebih besar dari Si Sipit, bahkan ia dipromosikan sebagai pengawas produksi.

Sangat jarang sekali menemukan karakter seperti si jangkung, yang lebih mengutamakan kewajiban, dan apa yang harus ia berikan, tanpa meminta sesuatu yang lebih, apalagi pujian. Si Jangkung hanya berharap mendapatkan hak yang sepadan dengan apa yang dilakukannya.

Sering di antara kita, di dalam dunia kerja, menuntut lebih dan lebih pada perusahaan tempat kita bekerja. Tanpa kita bertanya pada diri sendiri, “Sudahkah aku memberikan potensi yang optimal pada perusahaan yang menggaji dan memberi aku uang?”
Kehidupan itu layaknya roda yang terus berputar, tanpa kita sadari kehidupan itu seirama dengan pekerjaan yang kita jalani. Sadar atau tidak sadar kita selalu menuntut Tuhan, “Tuhan ... saya ingin minta kaya, saya ingin punya suami tampan, saya ingin gaji tinggi, saya ingin kedudukan, bla-bla-bla dan sebagainya….yach sadar atau tidak sadar kita selalu menuntut Tuhan seperti kita menuntut kebijakan perusahaan. Padahal kita sering lupa menjalankan kewajiban kita atau bahkan tidak pernah melaksanakan apa yang diperintahNya. Kita minta kaya, tapi kita tidak mau bersedekah, kita minta kedudukan,, tapi kita malas bekerja. Bahkan yang lebih parah lagi, kita minta gaji tinggi, tapi uang kita hambur-hamburkan untuk hal yang tidak berguna.

Akan lebih bijak rasanya jika kita punya prinsip “Jangan tanya apa yang orang lain lakukan untuk saya, tetapi apa yang saya lakukan untuk orang lain”.
Apa yang kita lakukan untuk Tuhan, apa yang kita lakukan untuk perusahaan, apa yang kita lakukan untuk orang-orang yang kita cintai juga orang-orang di sekitar kita. Bukan mengatakan, “Apa yang Tuhan beri untuk saya, sehingga saya harus wajib melakukan ini? Atau …Apa yang perusahaan berikan pada saya, sehingga saya harus bekerja giat?

Siapkah kita punya prinsip itu dan menerima tantangan untuk melakukannya??


30 Agustus 2004
Kumpulan Refleksi diri
Koleksi Pribadi


































Cerita anak

HADIAH UNTUK ADIK

Ardi menangis kencang di kamarnya. Ia tidak mau makan, ketika ibunya mengajak untuk makan malam bersama ayah dan Rina, adiknya. Ardi kesal dengan ibunya, yang menurutnya lebih mencintai Rina, adiknya.
“Ardi, ayo makan … nanti kamu sakit.” Bujuk Ibu. “Tidak, Ardi tidak mau makan, selama pensil kesayangan Ardi belum dikembalikan oleh Rina!” jawab Ardi. “Kamu kan masih punya banyak pensil, pensil itu dipinjam sebentar oleh Rina untuk menggambar, nanti pasti dikembalikan.” Ucap ibu.
Setiap kali benda kesayangan Ardi dipinjam oleh adiknya, ibu selalu membela dan meminta Ardi untuk mengalah. “Uhhh, sampai kapan aku harus mengalah?” keluh Ardi dalam hati.

Ardi tiba di sekolah, siang itu sesudah jam istirahat, Ibu Astuti meminta murid kelas III membuat cerita tentang anggota keluarga para murid yaitu : ayah, ibu, adik atau kakak. Ardi bingung, tidak tahu harus bercerita apa ? Ardi sangat tidak suka dengan adiknya yang berumur tiga tahun, yang suka mengganggu dia saat belajar, mencoret bukunya dengan pensil kesayangannya. Ardi benci dengan ayah ibunya yang selalu membela Rina, adiknya dan memintanya untuk mengalah.

Buku pelajaran Bahasa Indonesia Ardi masih kosong, tidak ada satu alenia atau judul karangan yang ditulisnya.Hingga waktu yang ditentukan oleh Ibu Astuti habis. Ardi bingung, namun ternyata karangan itu tidak dikumpulkan. Bu Astuti meminta Tono, temannya untuk membacakan hasil karangannya.
Ardi terkejut mendengar karangan yang dibaca Tono, anak tunggal yang mengharapkan kehadiran seorang adik. Terlebih cerita Rico, yang sedih sekali melihat adiknya diopname di Rumah Sakit karena demam berdarah. Ardi sadar bahwa ia sangat mencintai adiknya, walaupun terkadang ia merasa terganggu dengan kenakalan Rina.

Sepulang sekolah, Ardi berhenti di toko buku. Ia mengambil pensil dengan hiasan boneka di atasnya dan buku mewarnai yang sangat murah dan terjangkau dengan uang yang dikumpulkannya selama satu minggu.

Setiba di rumah, Ardi membungkusnya dengan kertas koran. “Kak Ardi, Ibu membelikan Rina pensil warna, hari ini kan.. Rina ulang tahun”! Rina menghampiri Ardi sambil memperlihatkan sekotak pensil warna. “Oh iya, kak Ardi juga punya sesuatu untuk Rina,…ini! Selamat ulang tahun yang ke 4 ya !” jawaba Ardi. “Terima kasih kak,..Horee… Rina dapat buku mewarnai !” Ardi sangat senang melihat senyum ceria Rina.

Juni 2004

=================================================================

Maafkan Albert, Ayah …

Albert pulang sekolah dengan wajah kesal, ia melemparkan tasnya dengan kasar. “Ada apa Albert?, Apa ada masalah dengan ulanganmu?” tanya Ibu Albert. “Tidak bu, Albert kesal dengan teman-teman karena mereka mengejek Albert anak tukang becak”. Jawab Albert. “Sudah lupakan saja tentang itu, sekarang bantu Ibu menggoreng pisang , supaya sore ini ibu bisa menjualnya, yach..kan lumayan bisa membantu ayahmu untuk keuangan keluarga kita”, ucap Ibu Albert. Albert akhirnya membantu Ibu menyiapkan jualan pisang dengan wajah muram.

Pagi-pagi buta, sebelum ayah dan ibu Albert bangun, Albert mengendap-endap bangun dan langsung menuju ke becak ayahnya. Ia mengambil beberapa paku dan ditancapkan ke becak ayahnya. Tentu saja tiga ban becak tersebut langsung bocor. Ia segera bergegas kembali ke tempat tidur tanpa bersuara.

Ayah Albert sedih, muruhng dan membisu. “Ayah kenapa sih Bu?” tanya Albert. “Ban becak ayah ketiga-tiganya bocor. Padahal becak itu harus dipakai kerja ayah pagi ini untuk mencari uang”, jawab Ibu. “Kenapa ayah tidak kerja yang lain saja? Bukan menjadi tukang becak?” tanya Albert. “Karena ayah tidak bersekolah tinggi dan tidak berilmu, makanya tiap hari ayah mengayuh becak supaya Albert bisa sekolah tinggi, pintar dan kelak mendapatkan kerja yang lebih baik, tidak seperti ayah!” jawab Ibu.

“Ayah … maafkan Albert ya…!, tadi yang membuat bocor becak ayah adalah Albert, karena Albert malu diejek teman-teman Albert anak tukang becak”, sesal Albert dengan suara setengah menangis. “Tidak apa-apa Albert, yang terpenting sekarang Albert tidak perlu malu mempunyai ayah atu ibu seperti kita, karena semua kita lakukan demi Albert”, jawab ayah Albert. “Ya ayah, ibu,..terima kasih atas pelajaran hari ini” Albert berucap sambil memeluk kedua orangtuanya.

Agustus 2004