Wednesday, October 06, 2004

Si Sempurna dan Si Tampan



“Apa kau benar-benar tidak menyukaiku?, apa itu sudah kautanyakan dengan jujur dalam hatimu? Tolong pertimbangkan, tanya lagi dan pikirkanlah bahwa aku pantas menjadi kekasihmu.” Tanya si sempurna pada si tampan. “Aku sudah tanya dalam diriku, dan jawabannya : aku tidak mencintai dirimu”, Jawab si tampan.
“Apakah itu berarti kau akan menetapkan pilihanmu pada si buruk rupa?” Si sempurna kembali bertanya dengan mendesak. “Ya…aku mencintai si buruk rupa”. Jawab si tampan singkat.

“Aku rasa kau laki-laki terbodoh di dunia yang pernah aku temui. Mengapa harus si buruk rupa yang lebih kau pilih?” Tanya si sempurna dengan nada marah.
“Justru aku merasa bahwa aku menentukan pilihan yang tepat, dan aku merasa laki-laki yang paling beruntung di dunia ini”. Jawab si tampan.
“Beruntung?? Si buruk rupa tidak cantik, postur tubuhnya pendek, wajahnya berjerawat dan ia bukan orang kaya! Apa yang kau harapkan darinya? Apa yang bisa kau banggakan menjadi kekasihnya?”, si sempurna marah dan berteriak semakin kencang.

“Lalu…apa yang bisa aku banggakan darimu, jika aku menjadi kekasihmu?” tanya si tampan dengan pembawaan tenang.
“Tidakkah matamu bisa melihat seluruh keindahan yang terpancar dariku?Lihat aku !” Si sempurna berjalan melenggak-lenggok bak peragawati, menebar senyum terindahnya dan membusungkan dadanya yang berisi.
“Aku cantik, kulitku halus tiada bercacat, mataku menebar pesona seperti cerahnya terang bulan dan rambutku yang panjang hitam legam berkemilau seperti air sungai bening. Laki-laki mana yang tidak menginginkan diriku?” Si sempurna berjalan memeluk si tampan dari belakang dan si tampan melepaskan pelukan itu dengan kasar. Si sempurna mulai bersombong lagi, “Kau rasakan bukan, pelukanku? Lekukan tubuhku yang sempurna bagai gitar, kau bisa menyentuh bagian mana yang kau suka. Dan… kekayaanku yang melimpah bisa memanjakanmu dengan berbagai kesenangan yang tiada pernah kaurasa. Masih kurangkah semua yang ada pada diriku untuk kaubanggakan?” Tanya si sempurna pada si tampan.
“Banyak..sangat banyak yang kurang, dan jujur aku tidak tertarik sedikitpun pada semua kelebihanmu!” Jawab si tampan.

“Ok..katakan padaku apa yang kurang dan hal apa yang membuatmu tertarik pada sosok perempuan?” tanya si sempurna dengan kesal.
“Yang kurang itulah yang membuat aku tertarik…., kau tidak memiliki kelebihan yang ada pada diri si buruk rupa. Ia jujur, penuh kasih, mencintai Tuhan, ia selalu peduli dengan orang di sekitarnya walaupun hidupnya sendiri susah, ia rajin bekerja dan beribadat. Aku mencintai kecantikan yang tidak terlihat, karena hal itu aku bisa menerima segala kekurangannya dengan bangga hati. Dan… apakah kau mempunyai kecantikan seperti itu?” Tanya si tampan dengan senyum mengembang.
“Kau..kau benar-benar memuakkan. Kau salah telah memilih sampah yang harusnya dibuang jauh, aku benci kau, dan aku tidak akan pernah lagi mau berjumpa denganmu!” si sempurna menangis, marah dan berlari meninggalkan si tampan yang tersenyum bahagia.

“Kalaupun cinta itu ada, cinta hanya untuknya yang mempunyai kasih dan kesetiaan. Cinta itu akan kuberikan pada si buruk rupa dengan segala kerendahan hati dan kebanggaan yang terkira karena memilikinya”, si tampan berucap dalam hati.

Cerita di atas mengingatkan kita bahwa banyak orang merasa bangga hati dengan semua kelebihan yang dimilikinya, kelebihan yang lebih bersifat duniawi membuat kita menjadi sombong dan lupa bahwa tidak ada yang sempurna di dunia ini, kecuali si Maha SegalaNya yaitu Dia yang menciptakan manusia beserta seluruh alam ini.
Kita juga sering meremehkan orang lain yang kita anggap jelek, miskin atau di bawah kita. Kita merasa diri paling hebat, dan yang lainnya hanya cuilan dari sebagian kehebatan kita.

Bisakah kita menyadarinya dan berbenah diri menjadi sosok si tampan yang mau melihat orang lain karena hatinya bukan karena baju atau luarnya? Dan bisakah kita menjadi lebih menghargai orang di sekitar kita dengan menganggapnya sama atau sederajad dengan kita. Karena kaya-miskin, tinggi-pendek, keriting-lurus, bermata sipit-lebar, gemuk-kurus, atau jelek-cakep…semua sama di mata Tuhan.


1 September 2004
Kumpulan Refleksi diri
Koleksi Pribadi