Wednesday, August 26, 2009

Pencuri yang datang tiba-tiba

Hallo teman-teman, jumpa lagi. Duh lama banget saya gak update nih blog.
Pertama-tama saya mesti ngucapin Selamat Ulang Tahun buat Republik Indonesia he..he.. udah telat tahu. Kedua saya wajib mengucapkan "Selamat Menunaikan Ibadah Puasa" buat teman-teman yang menjalankannya. Semoga puasanya lancar hingga menjelang hari yang Fitri nantinya.

Oh iya cerita-cerita nih, Juni dan Juli lalu itu saya anggap bulan berduka. Gimana gak...dalam sepekan, saya mengalami hal kehilangan pada orang-orang yang saya anggap cukup dekat. Pertama adalah baby yang baru dilahirkan kakak sepupu saya yang meninggal di dalam perut karena placentanya lepas. Kedua tiba-tiba saya dapat kabar bahwa budhe saya (kakaknya Bapak) yang rumahnya gak jauh dari rumah saya, meninggal, disusul kabar orang di lingkungan saya meninggal karena serangan jantung. Dan bulan Juli adalah perayaan setahun meninggalnya nenek tercinta saya.

Kalau dipikir-pikir tiga orang yang meninggal ini usianya berbeda dari yang masih bayi sampai tua. Dari kondisi yang sehat hingga kondisi yang sakit karena faktor usia. Memang kalau kita mau menelaah, sebenarnya yang paling dekat dalam hidup kita adalah kematian. Kematian itu datangnya seperti pencuri. Ia datang begitu tiba-tiba dan tidak memandang usia.

Bahkan salah satu orang di lingkungan saya, masih muda dan meninggalkan istri yang tidak bekerja juga 3 anak yang masih kecil-kecil. Hingga istrinya berkata "Tidak ada firasat sama sekali". Saya dan semua orang yang hadir ikut larut dalam tangis. Melihat istrinya yang menggendong anaknya belum genap usia 2 tahun. Dan salah satu anaknya tidak tahu kalau papanya meninggal, dia sempat bicara "Itu lho...yang tidur di situ itu papaku."

Saya pernah ditanya oleh seorang sahabat "Rin, seandainya kamu tahu kalau kamu akan mati, apa yang pertama-tama kamu lakukan?" Saya jawab..."Saya ingin memeluk Alexander anak saya erat banget. Saya ingin memeluk suami saya. Saya ingin memeluk keluarga saya. Pokoknya saya ingin memeluk orang2 terdekat saya yang pernah menjadi bagian jiwa saya."

Jujur saja, saya tidak mau bicara sok diplomatis dengan jawaban misal bahwa saya akan berbuat baik kelak, bahwa saya akan berbuat kebajikan lebih dari hari ini. Karena kematian tidak menunggu kata "akan". Jam ini, besok pagi mungin malam, mungkin juga siang, jika ia mau datang ia tetap akan datang.
Jika saya jawab saya ingin rumah, perhiasan...toh nanti hal-hal tersebut tidak dibawa mati.

Hal simple yang dapat dilakukan ya adalah mencintai dan memeluk orang-orang terdekat sebagai wujud syukur pada Tuhan karena mereka ada dalam hidup saya.

Bagaimana dengan teman-teman? Apa yang akan teman-teman lakukan jika tahu bahwa anda akan mati? ataukah kematian menjadi kata-kata yang mengerikan dalam hidup anda?