Thursday, September 16, 2004

Cerita anak

HADIAH UNTUK ADIK

Ardi menangis kencang di kamarnya. Ia tidak mau makan, ketika ibunya mengajak untuk makan malam bersama ayah dan Rina, adiknya. Ardi kesal dengan ibunya, yang menurutnya lebih mencintai Rina, adiknya.
“Ardi, ayo makan … nanti kamu sakit.” Bujuk Ibu. “Tidak, Ardi tidak mau makan, selama pensil kesayangan Ardi belum dikembalikan oleh Rina!” jawab Ardi. “Kamu kan masih punya banyak pensil, pensil itu dipinjam sebentar oleh Rina untuk menggambar, nanti pasti dikembalikan.” Ucap ibu.
Setiap kali benda kesayangan Ardi dipinjam oleh adiknya, ibu selalu membela dan meminta Ardi untuk mengalah. “Uhhh, sampai kapan aku harus mengalah?” keluh Ardi dalam hati.

Ardi tiba di sekolah, siang itu sesudah jam istirahat, Ibu Astuti meminta murid kelas III membuat cerita tentang anggota keluarga para murid yaitu : ayah, ibu, adik atau kakak. Ardi bingung, tidak tahu harus bercerita apa ? Ardi sangat tidak suka dengan adiknya yang berumur tiga tahun, yang suka mengganggu dia saat belajar, mencoret bukunya dengan pensil kesayangannya. Ardi benci dengan ayah ibunya yang selalu membela Rina, adiknya dan memintanya untuk mengalah.

Buku pelajaran Bahasa Indonesia Ardi masih kosong, tidak ada satu alenia atau judul karangan yang ditulisnya.Hingga waktu yang ditentukan oleh Ibu Astuti habis. Ardi bingung, namun ternyata karangan itu tidak dikumpulkan. Bu Astuti meminta Tono, temannya untuk membacakan hasil karangannya.
Ardi terkejut mendengar karangan yang dibaca Tono, anak tunggal yang mengharapkan kehadiran seorang adik. Terlebih cerita Rico, yang sedih sekali melihat adiknya diopname di Rumah Sakit karena demam berdarah. Ardi sadar bahwa ia sangat mencintai adiknya, walaupun terkadang ia merasa terganggu dengan kenakalan Rina.

Sepulang sekolah, Ardi berhenti di toko buku. Ia mengambil pensil dengan hiasan boneka di atasnya dan buku mewarnai yang sangat murah dan terjangkau dengan uang yang dikumpulkannya selama satu minggu.

Setiba di rumah, Ardi membungkusnya dengan kertas koran. “Kak Ardi, Ibu membelikan Rina pensil warna, hari ini kan.. Rina ulang tahun”! Rina menghampiri Ardi sambil memperlihatkan sekotak pensil warna. “Oh iya, kak Ardi juga punya sesuatu untuk Rina,…ini! Selamat ulang tahun yang ke 4 ya !” jawaba Ardi. “Terima kasih kak,..Horee… Rina dapat buku mewarnai !” Ardi sangat senang melihat senyum ceria Rina.

Juni 2004

=================================================================

Maafkan Albert, Ayah …

Albert pulang sekolah dengan wajah kesal, ia melemparkan tasnya dengan kasar. “Ada apa Albert?, Apa ada masalah dengan ulanganmu?” tanya Ibu Albert. “Tidak bu, Albert kesal dengan teman-teman karena mereka mengejek Albert anak tukang becak”. Jawab Albert. “Sudah lupakan saja tentang itu, sekarang bantu Ibu menggoreng pisang , supaya sore ini ibu bisa menjualnya, yach..kan lumayan bisa membantu ayahmu untuk keuangan keluarga kita”, ucap Ibu Albert. Albert akhirnya membantu Ibu menyiapkan jualan pisang dengan wajah muram.

Pagi-pagi buta, sebelum ayah dan ibu Albert bangun, Albert mengendap-endap bangun dan langsung menuju ke becak ayahnya. Ia mengambil beberapa paku dan ditancapkan ke becak ayahnya. Tentu saja tiga ban becak tersebut langsung bocor. Ia segera bergegas kembali ke tempat tidur tanpa bersuara.

Ayah Albert sedih, muruhng dan membisu. “Ayah kenapa sih Bu?” tanya Albert. “Ban becak ayah ketiga-tiganya bocor. Padahal becak itu harus dipakai kerja ayah pagi ini untuk mencari uang”, jawab Ibu. “Kenapa ayah tidak kerja yang lain saja? Bukan menjadi tukang becak?” tanya Albert. “Karena ayah tidak bersekolah tinggi dan tidak berilmu, makanya tiap hari ayah mengayuh becak supaya Albert bisa sekolah tinggi, pintar dan kelak mendapatkan kerja yang lebih baik, tidak seperti ayah!” jawab Ibu.

“Ayah … maafkan Albert ya…!, tadi yang membuat bocor becak ayah adalah Albert, karena Albert malu diejek teman-teman Albert anak tukang becak”, sesal Albert dengan suara setengah menangis. “Tidak apa-apa Albert, yang terpenting sekarang Albert tidak perlu malu mempunyai ayah atu ibu seperti kita, karena semua kita lakukan demi Albert”, jawab ayah Albert. “Ya ayah, ibu,..terima kasih atas pelajaran hari ini” Albert berucap sambil memeluk kedua orangtuanya.

Agustus 2004