Tuesday, March 31, 2009

Hanyalah manusia biasa

Terkadang saya tak mengerti mengapa manusia yang menjabat sebagai pimpinan merasa sombong, congkak, merasa diri mereka paling benar dan terparahnya mereka bertindak seenak hati mereka tanpa melihat bawahannya.
Saya juga terheran-heran ketika seseorang membanggakan kecantikannya, ketampanannya seolah-olah mereka adalah orang-orang tercantik di penjuru antero dunia ini. Sayapun berdecak sumpah serapah ketika mendapati orang yang kaya raya dengan harta melimpah bertindak sesuka hati mereka. Tapi memang saya salah....bukankah itu memang sifat dan watak manusia? Yup...kecantikan/ketampanan, kekayaan dan jabatan menjadi tolak ukur kesuksesan seseorang bahkan menjadi ukuran pada tingkat kehormatan manusia.

Saya punya seorang saudara (yang pernah saya ceritakan terdahulu). Dia sangat-sangat cantik. Wajahnya seperti artis film, kulitnya putih. Cowok mana yang gak bakalan suka sama dia. Tiba-tiba saja dia dirampok, kepalanya tepat di tempurung ditebas dengan parang dia sempat diseret hingga beberapa meter. Ia selamat dari koma 3 bulan lebih. Wajahnya yang cantik telah hilang, di wajahnya, kepalanya dan punggungnya penuh dengan bekas jahitan.

Kecantikan, kekayaan, dan jabatan itu punya siapa? Bukan punya manusia, itu semua hanya titipan bukan? Jika Tuhan berkenan, dengan sekejap Dia bisa mengambil semuanya dari manusia.

Seperti halnya tsunami, Situ Bintung....dan banyak bencana termasuk Lapindo. Dari semua bencana kita tidak bisa melihat mana korban yang kaya, yang miskin, yang ganteng...karena mereka semua sudah menjadi korban.

Kita ini hanyalah manusia biasa. Benar kan. Yang seharusnya menyadari bahwa bumi berputar, roda kadang di atas kadang di bawah. Yang mana bahwa hidup kita ini hanya sebentar. Kita tidak pernah tahu yang terjadi di hari esok.

Ini hanya suatu bentuk pemikiran sendiri.