Saturday, May 05, 2007

Antara dongeng dan kenyataan.

Saya selalu sedikit kesal jika ada beberapa orang bertanya "Rin, rumahmu di Sidoarjo ya?" Ini sih gak masalah. "Wah habis ini rumahmu kena lumpur lho. Kenapa sih kamu beli rumah di Sidoarjo? Kok gak cari di Surabaya aja? Habis ini kamu ngungsi deh ke Surabaya lagi?"
Tahu gak kesannya? Kesannya kok menyalahkan mengapa saya ambil rumah di Sidoarjo. Kesannya kok seperti bilang 'ihhh enak di surabaya lhooo kita gak kena lumpur'.

Well...siapa sih yang bisa meramalkan masa depan kita sendiri? Anda? Sayapun tak bisa. Saya juga sebagian pendatang di Sidoarjo mengambil perumahan di sana karena di sana selain harga tidaklah terlalu mahal dibanding perumahan di Surabaya, udaranya nyaman, airpun mudah didapat dan jernih dibanding perumahan di Gresik.
Saya dan semua pendatang di sana, tidak pernah tahu akan datangnya musibah yang terkenal dengan 'LUSI' Lumpur Sidoarjo.

Apakah saya pernah kuatir terhadap keberadaan lumpur ini? Tentu..saya kuatir. Saya resah. Jarak rumah saya dengan pusat lumpur hanya sekitar 7 Kilo.
Apalagi ketika beberapa teman bersama saya membahas searching kita di Internet tentang Dongeng Geologi. Sebut saja pakar Jepang (cerita dari kakak sepupu) meramalkan suatu saat Sidoarjo ambles sampai daerah alun-alun (artinya rumah saya juga kena) lalu akan ada air bah lumpur hingga Waru (artinya hampir mencapai kota Surabaya).
Hasil bacaan saya... Mama Lorent sang peramal mengungkapkan dalam 5 bulan ke depan Sidoarjo tenggelam. Beberapa pakar juga mengatakan..ini warning karena ada lumpur..dibanding di negara India yang tiba2 dalam semalam saja satu desa hilang. Lumpur Lapindo akan berlangsung hingga 31 tahun
Hasil bacaan teman saya.. Lempengan Lumpur Lapindo berkaitan dengan Lempengan di Gunung Anyar (daerah Medokan) dan artinya sudah di Surabaya dekat dengan tempat kerja saya di Ubaya.
Teman-teman saya menyebutnya dengan Dongeng Geologi....
Tapi..benarkah ini hanya sebuah dongeng? Ataukah ini akan jadi nyata?

Saat ini saya juga beberapa teman di Sidoarjo berkata "Pasrah..apa kata Tuhan nanti." Satu kata itu merupakan semangat penghiburan bagi saya.

Saya prihatin dengan penanganan Lumpur yang terlambat dari Pemerintah. Mentang-mentang yang punya Lapindo masih pejabat, Pemerintah tak segera bertindak.
Trenyuh juga melihat korban Lapindo yang mengungsi. Dan herannya...tak banyak orang simpati pada mereka, dibandingkan dengan musibah2 yang lain. Padahal mereka juga butuh makan, air bersih, kesehatan (obat-obatan). Begitu juga dengan para karyawan yang terkena PHK karena pabrik tempat mereka bekerja tergenangi oleh lumpur.

Banyak berita yang mengatakan dampak Lapindo nantinya bukan saja dirasakan oleh masyarakat Jawa Timur yang sekarang perekonomiannya turun hingga 1.5%. Dampak Lapindo bisa meluas menyerang perekonomian Indonesia. Jadi..masihkah anda merasa beruntung dan senang karena anda tidak tinggal di Sidoarjo?

Lapindo ternyata juga membuka lahan baru bagi para pengangguran. Gak percaya? Coba anda datang ke arel Lapindo..di sana akan ada tukang ojek yang akan mengantar anda untuk melihat Lapindo yang ternyata tiap harinya tak pernah sepi. Gila kan? Ternyata tempat itu difungsikan juga sebagai obyek wisata. Nah lhoo..kok kesannya mereka suka melihat suatu tragedi yang menyengsarakan rakyat? Gak..gak...intinya mereka ini kebanyakan penasaran dengan bentuknya Lapindo. Termasuk teman saya...yang sampe bela2in kesana bawa suami dan anaknya yang masih usia 9 bulan. Anda juga jangan kaget jika begitu masuk areal Sidoarjo bagi anda yang bawa mobil akan dihadang beberapa orang, mereka menawarkan diri sebagai penunjuk jalan / joki. Untuk tukang ojek sekitar Lapindo katanya bisa mengantongi 35 ribu per orang. Untuk Joki bisa bekisaran 40-50ribu berdarkan tawar menawar.
Pasti anda akan bertanya..kenapa pakai penunjuk jalan? Yaaa karena sejak ada lapindo otomatis jalan menuju Malang/Pandaan ditutup, nah si Joki inilah yang lihai menunjukkan jalan2 alternatif untuk keluar dari kemacetan akibat lumpur.

Berikut ini beberapa foto Lapindo yang membuat miris...

Lapindo membanjiri rumah penduduk..pabrik dan areal persawahan

Asap Lapindo yang makin mengganas
Jalan tol yang sekarang tak lagi berfungsi, tak bisa digunakan
Genangan lumpur makin meluas, bahkan sudah seperti lautan


Foto-foto lain di Detik.com :
  1. Semburan Lumpur Panas Hitam
  2. Mesin Tak Kuasa Sedot Lumpur
  3. Melaju Di Tol Lumpur Gas
  4. Dusun Yang Penuh Lumpur
  5. Lautan Lumpur di Jatirejo
  6. Foto From JRK Indonesia