Monday, April 09, 2007

Saya tahu, saya terlambat.. bahkan sangat terlambat.
Tapi ijinkan saya untuk mengucapkan sepatah kata :
"Happy Easter" buat yang merayakannya.
Semoga di hari Paskah ini Tuhan memberikan keajaiban buat bangsa dan negara Indonesia tercinta ini.

Sungguh, Paskah ini saya berharap akan suatu keajaiban atas terjadinya semburan lumpur Lapindo yang terjadi di Sidoarjo. Bayangkan saja, ternyata sudah lebih dari 13 ribu rumah. Korban bukan lagi ratusan orang, bahkan ribuan. Berapa pabrik yang terkena lumpur? Berapa orang yang akhirnya di PHK paksa akibat lumpur? Berapa pengusaha kecil tas di tanggulangin, yang terpaksa gulung tikar. Dan haruskah itu terus bertambah?
Anehnya pemerintah menganggap ini bukan tanggung jawab mereka sepenuhnya. Timnas yang dispecialkan untuk menangani kasus itupun hendak dibubarkan. Seharusnya ini bukan lagi bencana daerah, ini bukan lagi kewajiban lapindo saja. Tapi ini juga termasuk tanggung jawab bersama (pemerintah dan kalangan pemikir juga masyarakan luas) dan ini sudah masuk bencana Nasional. Sungguh lumpur lapindo sudah mengancam Jawa dan Bali. Misal saja, pedagang cabe dari Jember...terpaksa merugi tak karuan, karena cabe biasanya dikirim ke Surabaya. Karena rel kereta tak berfungsi, iapun terpaksa menjual ke daerah dekat Jember.

Saya sendiri sudah was-was. Pasalnya rumah saya terletak di Sidoarjo, tepatnya 8 kilo dari lumpur lapindo. Jika rumah saya kena, berarti Sidoarjo telah tenggelam. Akh... akankah Sidoarjo benar-benar menjadi kota mati? Jika Aceh terkena bencana Tsunami yaitu bencana tak terduga yang datangnya cepat dan tak terpikirkan. Tapi kalau Sidoarjo terkena bencana yang datangnya perlahan-lahan tapi pasti, perlahan-lahan membunuh kehidupan orang-orang di Sidoarjo.
Sungguh, saya cuma ingin keajaiban buat kasus lumpur ini.

Ini adalah Paskah pertama untuk Edgar. Awalnya saya sangat bersemangat mengajak Edgar Misa. Misa Tri hari Suci diawali dengan Kamis Putih. Tak disangka, saya dan suami sangat kewalahan dengan tingkah Edgar. Berteriak-teriak sepanjang gereja, minta dititah, minta main di lantai. Karena kewalahan, suami mengajak pulang. Ya sudahlah, saya mengalah untuk pulang. Saya biarkan Edgar main sepuasnya di rumah.
Jumat Agung saya menitipkan Edgar pada eyangnya. Karena suami tugas Pasio dan saya tugas paduan suara. Hemm..saya dari awal sudah menduga kalau saya akan malu saat tugas paduan suara. Dari awal latihan saya sangat tidak suka dengan pelatihnya, karena selain kalau ngajar ngawur, gak bisa baca not..baca tempo juga gak bisa...eh kasih contohpun salah alias suaranya false. Tapi saya bisa apa? Bapak Ibu mertua cuma bilang, udah diamin aja..ntar orangnya tersinggung marah. Saya juga gak enak, ntar kalau ngajarin dikirin minterin atau sok pinter. Tapi saya beraniin juga hanya untuk kasih tahu tempo lagu, birama dan nada dasar. Ternyata orangnya sedikit bisa terima :)
Kemarin Minggu, Edgar saya ajak ke gereja. Tepat, ternyata misa Paskah khusus anak-anak. Jadi mulai Paduan suara, persembahan, lektor hingga pemazmur semua adalah anak-anak sekolah minggu. Saya jadi kangen untuk mengajar sekolah minggu. Jadi aneh saja...biasanya saya yang berdiri bercerita dengan boneka panggung, saya yang berdiri membagi kue-kue paskah..tapi kemarin ganti saya yang berdiri meng-antri kue untuk edgar :)
Duhhh...lagi-lagi saya dan suami kewalahan. Saya pikir Edgar bisa diam seperti umumnya bayi (sepantarannya, teman2 di gereja) anaknya bisa diam. Edgar begitu saya taruh duduk di karpet tempat pesta paskah anak, langsung saja merangkak melangkahi beberapa anak, hingga sampai di tengah. Herannya anak-anak kecil lain tak merasa terganggu, justru mereka pegangi pipinya Edgar. Saya sendiri jadi bertanya pada suami "Pa..apa si Edgar ini termasuk jenis anak over ya?"

Sayang sekali fotonya tidak saya bawa...mudah-mudahan dalam minggu ini saya bisa posting foto-foto terbaru Edgar.